Nabi صلی الله عليه وسلم
bersabda, "Masing-masing kamu adalah pemimpin, dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya."
Kalau ratapan itu bukan atas anjuran si mayat (sewaktu hidup),
maka hal itu menjadi tanggung jawab si pelaku sendiri, sebagaimana
dikatakan oleh Aisyah رضي الله عنها
mengutip firman Allah, "Seseorang yang berdosa tidak akan memikul
dosa orang lain."(Fathiir: 18)
Dan, seperti firman-Nya, "Jika seseorang yang berat dosanya
memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu, tiadalah akan
dipikulkan untuknya sedikitpun." (Fathiir: 18)
Tentang kemurahan untuk menangis kalau bukan ratapan, Nabi صلی
الله عليه وسلم
bersabda, "Tidak ada seseorang yang dibunuh secara aniaya
melainkan anak Adam yang pertama juga turut menanggung dosanya.
Pasalnya, dialah orang yang pertama kali melakukan pembunuhan."
646. Usamah bin Zaid berkata, "Putri Nabi mengirimkan utusan
kepada beliau. (Dalam satu riwayat: Aku berada di sisi Nabi,
tiba-tiba datang utusan salah seorang putri beliau 7/211 dengan
membawa pesan) bahwa anaknya meninggal (dalam satu riwayat:
menghembuskan napas yang penghabisan 7/211, dan dalam riwayat
lain: sampai ajalnya 8/176), maka datanglah kepadanya. Maka,
beliau mengirimkan utusan untuk menyampaikan salam dan pesan,
"Sesungguhnya bagi Allah apa yang diambil-Nya dan bagi-Nya apa
yang diberikan-Nya. Segala sesuatu di sisi-Nya dengan waktu yang
tertentu, maka (suruhlah ia 8/165) bersabar dan mengharapkan
pahala." Kemudian ia mengutus kepada beliau seraya bersumpah agar
beliau mendatanginya. Lalu, Nabi صلی الله
عليه وسلم
berdiri bersama Sa'd bin Ubadah, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab,
Zaid bin Tsabit, (Ubadah bin Shamit), dan beberapa orang lagi.
Lalu dibawalah anak itu kepada Nabi (kemudian beliau dudukkan dia
dipangkuan beliau 7/223), sedang napasnya tersengal-sengal
seolah-olah girbah 'tempat air' dari kain usang yang kering, lalu
kedua mata beliau berlinang. Sa'ad berkata kepada beliau, "Wahai
Rasulullah, apakah ini?" Beliau bersabda, "Ini adalah kasih sayang
yang dijadikan oleh Allah dalam hati hamba-hamba Nya (yang
dikehendaki-Nya), dan Allah hanya menyayangi hamba-hamba-Nya yang
penyayang."
647. Anas bin Malik رضي الله عنه
berkata, "Kami menyaksikan putri Rasulullah. Ia berkata,
'Rasulullah duduk di atas kubur. Lalu aku melihat kedua mata
beliau berlinang. Beliau bersabda, 'Apakah di antara kalian ada
orang yang tidak mencampuri
istrinya tadi malam? Abu Thalhah berkata, 'Aku.' Beliau bersabda,
'Turunlah (ke dalam kuburnya 2/93).' Kemudian ia turun di
kuburnya, lantas menguburnya.'" Ibnul Mubarak berkata, "Fulaih
berkata, 'Aku menganggapnya, yakni dosa.' Abu Abdillah (Imam
Bukhari) berkata, "Kata liyaqtarifuu berarti hendaklah mereka
berusaha."
648. Abdullah bin Ubaidillah bin Abu Mulaikah berkata, "Putri
Utsman bin Affan meninggal dunia di Mekah dan kami datang hendak
menghadirinya. Di sini datang pula Abdullah bin Umar dan Abdullah
bin Abbas. Aku sendiri duduk di antara kedua orang itu atau aku
duduk mendekati salah seorang dari keduanya. Kemudian ada orang
lain yang baru datang dan langsung duduk di dekatku. Abdullah bin
Umar berkata kepada Amr bin Utsman, 'Mengapa engkau tidak melarang
menangis? Sebab, Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya mayat itu
disiksa karena tangisan keluarganya atasnya.' Ibnu Abbas رضي
الله عنه berkata,
'Umar memang pernah mengatakan sebagian dari hadits itu.' Ibnu
Abbas berkata, 'Aku pernah keluar untuk bepergian bersama Umar
dari Mekah. Setelah kami berada di Baida' tampaklah di situ sebuah
kafilah dengan beberapa ekor unta yang sedang bepergian dan
jumlahnya lebih dari sepuluh ekor. Mereka sedang beristirahat di
bawah pohon berduri. Umar berkata, 'Pergilah, perhatikanlah siapa
rombongan itu.' Kemudian aku perhatikan, ternyata Shuhaib sebagai
pemimpin mereka. Lalu saya memberitahukan kepada Umar, lalu dia
berkata, 'Panggillah dia supaya datang kepadaku.' Kemudian aku
kembali kepada Shuhaib dan aku berkata kepadanya, 'Pergilah
menemui Amirul Mu'minin.' Ketika Umar terkena musibah (tusukan
pisau yang menyebabkan kematiannya), Shuhaib datang sambil
menangis dan berkata, 'Aduhai saudaraku, aduhai sahabatku!'
Mendengar tangis Shuhaib itu, Umar berkata, 'Wahai Shuhaib, apakah
engkau menangisiku, sedangkan Rasulullah telah bersabda,
'Sesungguhnya mayat itu disiksa karena sebagian tangisan
keluarganya (dan dalam satu riwayat: tangisan orang yang hidup
2/82) atasnya (dan dalam riwayat lain: di dalam kuburnya, karena
diratapi).' Ibnu Abbas berkata, 'Pada waktu Umar sudah wafat, aku
menyebutkan hal itu kepada Aisyah رضي الله
عنها, lalu ia berkata, 'Semoga
Allah melimpahkan rahmat kepada Umar. Demi Allah, Rasulullah tidak
mensabdakan bahwa Allah menyiksa orang-orang mukmin karena
ditangisi keluarganya. Akan tetapi, beliau bersabda, 'Sesungguhnya
orang kafir itu semakin bertambah siksanya karena ditangisi
keluarganya.' Cukup bagimu Al-Qur'an (surah al-Fathiir ayat 18)
yang mengatakan, 'Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa
orang lain.'" Ketika terjadi hal tersebut, maka Ibnu Abbas
berkata, "Allah itulah yang membuat orang tertawa dan menangis."
Ibnu Abi Mulaikah berkata, "Demi Allah, Abdullah bin Umar tidak
mengatakan sesuatu pun."
649. Aisyah رضي الله عنها,
istri Nabi صلی الله عليه وسلم,
berkata, "Nabi melewati seorang wanita Yahudi yang ditangisi oleh
keluarganya. Lalu, beliau bersabda, 'Sesungguhnya mereka
menangisinya, dan sesungguhnya ia sedang disiksa di dalam
kuburnya.'"
650. Abu Burdah dari Ayahnya, berkata, "Ketika Umar terkena
musibah, maka Shuhaib berkata, 'Aduhai saudaraku!' Kemudian Umar
berkata, 'Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Nabi bersabda,
'Sesungguhnya mayat itu di siksa karena ditangisi orang yang
hidup.'"